Sabtu, 26 Oktober 2013
Jumat, 25 Oktober 2013
Enjoy Bali - October 2013
Ladies and Gentleman,,
Allow me to show you my original 'Jeprets' when I was in Bali in October 2013.
Enjoy...
Allow me to show you my original 'Jeprets' when I was in Bali in October 2013.
Enjoy...
Arraz Negro ~ El Kabron |
Paella De Marisco ~ El Kabron |
Sunset at El Kabron |
Purple Flower at Bu Oka's |
Enjoy in Padang-Padang Beach |
Let's Surf ~ Padang-Padang Beach |
Padang - Padang Bech |
Becak Asmara ~ Petitenget, Seminyak |
1 Miau Tai and 3 San Fransisco ~ El Kabron |
Sunset at The W |
Nasi Campur ~ Warung Made |
Sabtu, 19 Oktober 2013
Bali Travelling - "Anjinglah, Pecah Kali Pun!"
Hidup itu harus dinikmati!
Pergi ke Bali untuk kesekian kali.
Happy-happy lagi.
Lebih gila, ceria, dan lebih FREE!
Begini ceritanya,
Waktu itu ada 7 orang gila, termasuk saya di dalamnya,
mendarat di bandara Internasional Ngurah Rai. Kebetulan kami mendarat beberapa hari setelah moment
bergengsi di dunia yaitu KTT APEC yang diselenggarakan di Bali telah usai. So,
setidaknya 'hits'-nya masih berasa walau sedikit.
Tidak butuh waktu lama bagi kami mendapatkan kendaraan untuk
kami bisa mengarungi pulau penuh history ini. Ya, sebelum anda semua bertanya,
saya beritahu sekarang, bahwa pada akhirnya kami 'habis di jalan'. But, wait a
minute, bukan berarti kami kehabisan fun di sana.
Mobil dengan fasilitas musik kelas papan atas ini dikemudikan
oleh saya, yang tentunya juga orang gila.
Lalu, ketujuh orang gila ini, termasuk saya, memutuskan untuk
mengunjungi hotel mewah kami yang penuh kejutan pada kesan pertama sampai.
Tidak perlu saya ungkapkan nama hotel kami tersebut demi menjaga ke-HITS-an
kami.
Sesampainya kami di hotel mewah yang hanya 2 menit dari
pantai dengan berjalan kaki, ternyata kami masih terlalu dini untuk Check-In.
Ya, dengan adanya kata 'terlalu' pada kalimat sebelumnya, itu berarti kami
BELUM BOLEH menikmati hotel mewah itu. Lalu kami memutuskan untuk
berjalan-jalan sambil menikmati udara Bali yang mahal. Sempat kami berjalan
tanpa arah, akhirnya kami putar arah dan singgah di Cafe Marzano. FYI, cafe ini
tidak sama dengan Resto Pizza Italy yang di Mall Kelapa Gading itu.
Lalu kami menghabiskan waktu di Cafe tersebut hingga waktu
yang ditentukan pihak hotel agar kami boleh Check-In. Hingga saat itu tiba,
kami ke hotel, Check-In, memindahkan barang-barang bawaan kami yang simple dan
ringkas itu ke kamar. Lalu, kami menghabiskan waktu di hotel tersebut dengan
melakukan hal yang luar biasa seru, yaitu tidur, hanya 2 jam. Ya, 2 jam saja!
Sepertinya kumpulan orang gila ini, termasuk saya, mulai
lapar. Kami memutuskan untuk makan di Nasi Pedas Bu Andhika. Ya, sesuai namanya
masakannya super pedas.
Setelah menguras keringat karena kepedasan, lalu kami
beranjak ke Pantai Kuta untuk melihat sunset bersama ribuan manusia lainnya.
Sebelum sampai di Pantai sejuta umat tersebut, hampir saja
saya terlupa mengatakan hal yang kurang penting ini, kami mengunjungi KRISNA
untuk membeli hal-hal yang sepertinya tidak jelas. Di pantai, kami benar-benar
gila. Berfoto, acting lari dan lompat, tertawa seperti orang gila, itulah yang
kami lakukan, tanpa peduli orang sekitar kami. Tak pelak, kami pun jadi bahan
tontonan.
Balada sepiring berdua dimulai di sini. Dimulai ketika
orang-orang gila ini telah kelelahan foto-foto di Pantai Kuta, tertawa,
berjalan menyusuri jalanan Kuta demi mencari Chatime, dan akhirnya sampai di
Flap Japs.
Tunggu, mungkin banyak dari anda semua bertanya "Kenapa
disebut Orang Gila?!".
Simple, sebenarnya semua orang gila ini adalah bos. Ada bos
dari perusahaan minyak Indonesia yang pernah masuk Fortune X-Hundreds (lupa),
ada bos dari perusahaan alat berat, bos dari pengelola kapal ke angkasa, bos
perusahaan minuman bersoda, auditor terkemuka, pejabat kementerian, serta saya
sendiri adalah bos untuk diri saya sendiri. Ya, begitulah kira-kira. Untuk
menghindari kesan tinggi hati, maka saya lebih suka menggunakan frasa "Orang
Gila". Beside, Orang Gila itu biasanya selalu tau cara membuat dirinya
senang tanpa peduli orang sekitar. Remember, having fun and stop caring other
things to much are best way of life.
Sudah! Sudah! Saya lanjutkan cerita tidak penting saya.
Merasa kenyang dengan pancake dan waffle yang dibagi-bagi,
ketujuh bos gila ini, termasuk saya, akhirnya kembali ke hotel mewah yang
lokasi terletak di Legian.
Travelling ke Bali tidak resmi jika tidak menikmati dentuman
musik medley pengiring joget di tempat dengan lampu yang bewarna-warni. Ketujuh
orang gila ini menikmati dentuman musik tersebut dengan caranya masing-masing
baik dengan sekedar menggoyangkan kepala, mengangkat tangan ke atas, ikut
bernyanyi, atau bahkan dengan tertidur.
Untuk menjaga nama baik, sebut saja nama tempatnya SKY
GARDEN. Di tempat ini anda akan merasa terang walau minim penerangan, anda akan
merasa kesepian di tengah hiruk pikuk, anda akan merasa ramai di tengah
kelamnya masalah hidup, anda akan merasa haus, dan anda akan merasa bebas lepas
bagai kuda liar yang terlepas dari kekang di padang rumput yang hijau.
Sebentar, saya mau bicara sama diri saya sendiri,
"Anjing! Sok puitis banget lu Cep!".
Allright then,
Tidak terasa 3 jam berlalu, tidak berapa lama lagi ayam akan
berkokok. Kami memasuki 'Jam-Jam Kritis'. Kami menikmati 'Masa-masa kejayaan'.
Kami seolah berasa muda kembali, seolah berteriak "Berasa anak gadis lagi,
aku pernah cantik!!!". Saya paham betul bahwa Life is so Un-fvckin-fair,
namun rasanya seperti ingin memotivasi seseorang dengan meneriakkan
"Smile, Keep It" atau rasanya seperti ingin menyanyikan "Bilang
saja OK" berulang kali. Susah memang 'mencoba mengerti' paragraf yang satu
ini. "Oh Bali!!! 'I miss you so badly'!"
Tidak terasa sudah sampai di hotel mewah lagi. Di lubang
telinga seolah masih berbunyi dentuman musik. Perut bergejolak. Kepala serasa
berputar. Sudahlah, saya tidak perlu lebay di sini! Tidak perlu saya katakan
bahwa di sini saya berulang kali throw-up.
Malam berlalu, pagi datang. Maaf, bukan pagi, tapi siang.
Kami harus berburu babi hari ini. Ya, maksud saya daging babi. Kami orang gila
yang selalu lapar, kami harus segera makan. Sekali lagi, makan dan berbagi.
Singkat cerita, kami sampai di tempat makan paling babi se-Bali, Naughty Nuri's
Warung. Bayangkan, cewek seksi berkepala babi digantung di tengah restoran ini
menemani orang makan. Babi kali kan?!
Saya dan teman-teman saya yang bos juga gila, setelah
kenyang, akhirnya memutuskan untuk ke Pantai Padang-Padang. Di pantai ini,
semua menunjukkan kebolehannya dalam berfoto-ria. Sekedar informasi,
teman-teman saya yang gila-gila ini paling jago dalam hal foto-foto dan
'Check-In'. Begitu tombol shutter camera sudah ditekan, lakukan quick check,
maka kalimat berikut akan keluar, "Anjing, pecah kali woi!". Kalimat
tersebut akan menjadi sangat familiar bagi kami sejak saat itu. Nah, kini ada
semua mengerti kenapa judul blog saya demikian.
Lalu kami, kumpulan bos gila, beranjak dari Pantai
Padang-Padang, menyudahi nikmatnya pantai yang indah. Entah kenapa dan
bagaimana, bos perminyakan yang satu itu langsung berteriak histeris ketika
melihat papan El-Kabron, dan seketika itu juga, bos-bos gila lainnya setuju
untuk ke sana. Saya sebagai bos atas diri sendiri dan sebagai supir paling
hits, langsung mengendalikan mobil full-music kami menuju tempat yang
digadang-gadang sebagai salah satu dari 6 tempat hits di Pulau Dewata.
Hasilnya, kami gagal.
Hasilnya, kami gagal.
Kami 'diusir' secara halus oleh pegawai Beach Club ala
Spanyol yang super sombong yang berdiri di pintu masuk ibarat penjaga klub
malam yang berasal dari Ambon. Dimulai dari diskusi 'Bla-Bla' hingga 'Bli-Bli',
akhirnya kami memutuskan untuk menyerah dan pulang ke hotel mewah. Di jalan,
kami melakukan perang email dan telepon ke Spanish Beach Club tersebut demi
mendapatkan spot ter-akbar yang disebut 'Golden Spot' untuk 2 hari mendatang,
walaupun kami harus 'mengoyakkan' banyak uang untuk itu. Dalam perjalanan yang
penuh amarah, luapan kekecewaan, hingga umpatan karena 'diusir', sekali lagi
orang-orang gila ini teriak "Finns!!!" begitu melihat papan iklan
Finn's Beach Club yang sangat megah itu. FYI, Finn's ini pun termasuk salah
satu dari 6 tempat ter-hits di Bali. Sekali lagi pula, saya sebagai supir yang
hits langsung mengendalikan mobil kami menuju tempat tersebut. Hasilnya, kami
berhasil. Maksudnya, kami berhasil malu terhadap supir-supir yang sedang
menunggu bos-bos mereka. Kenapa malu? Intinya mirip-mirip lah dengan El-Kabron
tadi. Sudah, bagian yang ini tidak perlu diceritakan demi menghindari
tercorengnya ke-bos-an dan ke-hits-an kami. Kisah kasih kami habis terbuang di
jalan kali ini.
Bagi anda, saudara-saudara saya yang suka traveling (ke
tempat hits), saya mau kasih sedikit tips. Pertama, lakukan reservasi! Kedua,
gunakan email kantor yang nama perusahaannya sangat disegani, kalau perlu gunakan
nama pejabat! Ketiga, jangan lakukan sekali reservasi saja, kalau bisa
berkali-kali! Keempat, menabunglah selagi bisa sebelum ke tempat seperti ini.
Sekali medayung, dua tiga pulau terlampaui. Begitulah
kira-kira ajaran yang kami pegang teguh. Maka, karena GWK berada sejalan dengan
semua yang kami lalu hari ini, maka kami mampir ke GWK. Ya, saya pribadi
hitungannya hanya mampir.
Dalam perjalanan pulang, walau kecewa, kami masih bisa tetap
tertawa. Dalam kemacetan, kami tetap tertawa. Dalam ketidakjelasan jalan yang
diarahkan GPS hingga menerobos jalanan Off Road, ladang dan hutan, kami pun
tetap tertawa. "Ini semua gara-gara Eilfakinkabroun", begitulah lisan
yang malang melintang di dalam mobil.
Setelah melewati jalanan berlubang, berbatu, penuh ilalang,
gelap dan mistis, kami akhirnya sampai di Ayana resort dimana RockBar berada.
RockBar pun termasuk salah satu tempat terhits di Bali. Sepertinya mobil bang
Simorangkir telah terluka melewati jalanan yang kami lalu. Saya ragu, mungkin
knalpotnya yang sangar itu sudah terluka ibarat usai berperang. Sudahlah, yang
penting bensin sudah diisi dan kami sudah sampai di RockBar, duka kami pun
terobati.
Ya, kami berhasil masuk ke dalam. Luar biasanya, kami diantar
ke RockBar dengan menggunakan kereta gantung ditemani api obor yang hangat dan
suara ombak yang mengamuk menghantam batu karang yang besar. Amarah ombak yang
indah itu seakan meneriakkan "Eilfakinkabroun!", namun terdengar
nikmat. Ke tempat ini, saudara-saudari sekalian jangan memesan Es Teh Manis,
karena secara beban Expense Account-nya sama dengan beban makan 4 kali Nasi
Pedas Bu Andhika. Pesan saja yang aneh-aneh. Ya, mau tak mau dompet anda semua harus
koyak-maribak. Walau begitu, tak mengapa, yang penting kami semua bisa
'Move-On' dari 'pengusiran' yang sebelumnya terjadi.
Day 3. Selagi yang lain masih tidur, saya berjalan dari hotel
ke pantai yang kira-kira hanya berjarak 2 menit untuk menikmati udara Bali yang
mahal ini. Pemandangan di sini tak kalah bagus dengan yang lain. Banyak
pelancong asing belajar surf di pantai ini. Sambil mengadu caffein dan asap,
saya melihat-lihat pasir, kepiting kecil yang bersembunyian di lubang pasir,
para surfer dan para gigolo lokal yang mencoba mengganggu pelancong wanita
asing. Kesalahan terbesar dalam hidup saya adalah tidak membawa kamera pada
saat seperti ini.
Masih di Day 3, seperti biasa, kami kelaparan lagi. Kami
memutuskan untuk makan di Warung Made. Balada keromantisan sepiring berdua
kembali terjadi. Percaya atau tidak, kami merasa kenyang.
Lalu, kami kembali
melakukan ketidak-jelasan, melakukan kegilaan, yaitu jalan-jalan tidak jelas
menghabiskan waktu dan bensin demi mencari-cari benda-benda seksi sambil
meributkan rute perjalanan. Lewati kemacetan, lewati sawah yang indah, dan
melewati banyak lokasi pengrajin akhirnya kami sampai di tempat yang namanya
Ubud. Demi tercapainya tujuan - visi - misi ke Ubud, kami mendatangi Warung
Babi Guling Bu Oka. Tempat makan ini juga termasuk tempat makan paling babi
se-Bali. Kulit babi goreng buatan Bu Oka ini rasanya 'Pecah Kali!'.
Setelah itu, kami ke Potato Head untuk menjalankan ritual
'Check-In'. Guess what, antriannya seperti antrian masuk Dunia Fantasy ketika
liburan lebaran dan sedang ada promo.
Dengan penuh kebijaksanaan, kami mencoba
pindah ke W (baca: dabel-yu), diantar dengan menggunakan semacam Caddy-Car ke
dalamnya. Pemadangan di sini luar biasa dan pelayanannya pun baik sekali. Kami
sempat merasakan sunset di sini. Teman-teman saya, bos-bos yang saya sebut gila
itu, benar-benar gila di tempat ini. Mereka tergila-gila foto tanpa malu
dilihat orang sekitar. Mereka teriak sambil berfoto, lompat, dan lain
sebagainya.
Sudah merasa cukup dengan indahnya sunset di W dan sudah puas
berfoto-ria, orang-orang gila ini kembali merasa lapar. Demi terjadinya
keseimbangan inflasi, maka kami memutuskan kembali makan di Nasi Pedas Bu
Andhika. Kebijakan moneter yang kami ambil dengan makan di Nasi Pedas Bu
Andhika adalah untuk menanggulangi efek kebijakan Operasi Pasar Terbuka yang
akan kami lakukan di spot-spot berikutnya, seperti issue sementara ke El Kabron
Beach Club. Lalu kami langsung belanja oleh-oleh di sebelah Nasi Pedas Bu
Andhika, juga di Krisna. Kembali orang-orang gila ini belanja dengan gila dan
tidak jelas sehingga duit mereka 'koyak' lagi.
Setelah menjadi 'Gift Hunter', kini orang-orang gila ini
menjadi 'BOUNTY hunter'. Di sini, di Bounty, suasana sangat meriah sekaligus
sangat bodoh. Sepertinya, masing-masing pribadi di Kapal Bounty ini sudah
kehilangan kendali, ibarat Kapal tanpa nahkoda. Susah untuk mencerna beat dan
irama di kapal yang satu ini, tapi tetap saja, orang-orang yang di dalamnya
sudah gila semua. Sudah sudah sudah! Cerita di sini di-skip saja. Yang jelas,
di tempat ini, di sesi ini, yang paling profesional menjadi 'BOUNTY hunter'
justru bukan laki-laki. Yap, banyak 'hadiah tidak jelas di sini', hadiah
menjijikkan bagi kaum Adam.
Sebelum, malam di Day-3 ini berakhir, sebelum tidur saya terngiang
iklan Daktarin, "Daaagghh JAMUR!"
Akhirnya, tanpa terasa sampailah di hari keempat, hari
terakhir bagi kami untuk menggila di Bali sebelum kembali ke Jakarta melakukan
aktifitas sebagai bos. Karena kami semua baru tidur ketika ayam telah berkokok,
maka kami pun bangun sudah sangat siang. Yang ada dalam pikiran kami adalah
"Today is the day of vengeance to EilfakinKabroun". Namun sebelum
balas dendam, kami ke Karma Kandara untuk meyakinkan diri bahwa kami adalah
orang kaya. Di tempat ini, yang paling banyak dipanggil adalah 'Anjing'. Ketika
orang-orang gila ini melihat foto-foto mereka, langsung terucap, "Anjing!
Anjing! Anjing! Pecah kali pun!". Memang, sebagai fotografer gadungan,
saya setuju bahwa foto-foto di sini banyak yang 'Pecah' (baca: keren!),
foto-foto di sini yang paling senang saya edit.
Lalu, detik-detik menegangkan akhirnya tiba. Kami tiba di
Beach Club ala Spanyol, El-Kabron. Salah satu tempat ter-hits di Bali, tempat
yang meng-validasi bahwa kami adalah orang kaya. Berbekal email dari perusahaan
minyak dalam negeri yang pernah masuk Fortune X-Hundreds (lupa), kami berhasil
menikmati Golden Spot di ElKabron. Dengan cerutu bali, 3 kamera DSLR lengkap
dengan lensa mahal-nya, sun-glasses, serta masing-masing gadget yang canggih,
kami berhasil memecahkan hari yang cerah di Day-4 ini. Penantian kami berujung
Happy-Ending. Balas dendam kami terasa sedap dan manis. Sang supervisor, yang
super sombong, yang berkacamata mirip Sammy Simorangkir, berhasil kami pukul
telak ibarat pertandingan bola yang mempercundangi tim lawan dengan skor 3-0 di
kandang mereka sendiri. Ibarat mendapat durian runtuh yang lansung tersaji
menjadi Pancake Duren, begitulah kira-kira senangnya orang-orang gila ini,
termasuk saya. Special Thanx to Alex Haryanto, yang memberikan banyak masukan
bagi kami atas sajian makanan dan minuman ala Spanyol itu.
Walaupun saya curiga kanvas kopling mobil kami sudah mulai
aus, perisai ban belakang kiri agak lepas, power window jadi 'blong', klakson
jadi macet, dan bensin pas tidak ada lebihnya, kami benar-bener mendapatkan great
adventure. Kami menikmati hari-hari di Bali. Thanx Bang Rudy!
Bali, my new delusional illusions, new sense of Jazz...!
I feel so lucky!
Next-nya, kemana guys! Europe kan???
Langganan:
Postingan (Atom)