JazzQual's Adv

Selasa, 14 Agustus 2012

LEARNED HELPLESSNESS

tepanggil, bacalah, dengan seksama...

Apa itu???

Suatu keadaan yang bisa berlaku untuk manusia (maupun hewan) untuk bertindak 'menyerah' atau merasa tidak ada lagi pertolongan, susah dan selalu gagal merespon peluang untuk maju atau bertahan.

Eitss, saya tau bahwa segera di antara teman-teman, bapak ibu, ada yang menyela "Tau darimana tuh Pak?!"
Gini aja deh, kalau gak percaya baca saja detailnya di sini (klik).

Nah, mengapa saya menulis ini, berawal dari wejangan-wejangan tante saya, yang notabene beliau sangat OPEN-MINDED, sangat friendly, rajin mengajar (mulai dari sekolah minggu, remaja, hingga seminar dewasa). Suatu kali saya ikut melayani sekolah minggu, lalu beliau menerangkan teori "Learned Helplessness". Teori ini bukan kali pertama saya dengar dari beliau, tapi baru kali ini saya ngeh.

Sebelum lebih jauh anda baca ke bawah, saya meu tegaskan bahwa saya bukan bermaksud mengajari, menjadi petuah, menjadi dosen, juga bukan men-judge, saya bukan cur-col (curhat colongan).., saya cuma berbagi. Saya senang menulis. Saya senang berkarya. Otak kanan saya kegedean.

d^_^

Coba kita artinya per-kata ya kawan-kawan.

* LEARNED = belajar

* HELPLESS = Tidak ada bantuan, tidak ada pertolongan; keadaan sulit; tepuruk; (hmm, kalau menurut saya Tekanan Yang Membuat Bingung juga termasuk)

* ..ness = gak perlu diartikan, anda sudah tau lah...

Nah, kita ambil contoh kasus pada hewan dulu, tepatnya tikus.
Pada suatu penelitian, dilakukan percobaan terhadap tikus dengan mengurungnya. Dalam kurungan tersebut hanya ada satu pintu keluar. Namun, pintu keluar tersebut diberi aliran listrik yang cukup menyakitkan namun tidak membuat tikus mati. Jika tikus tersebut mencoba keluar dari pintu tersebut maka, secar otomatis tikus itu akan terkena kejut listrik. Hal itu terus berulang jika tikus tersebut terus berusaha keluar.
Hingga suatu saat, tikus tersebut tampak sudah mulai lemah, lemas dan jenuh berusaha. Baca sekali lagi, LEMAH, LEMAS, dan JENUH. Artinya, tikus tersebut belum mati. Pada saat itu pintu kurungan tikus tersebut dibuka dan tidak dialiri listrik lagi.
Apa yang terjadi ialah, tikus tersebut sudah tidak mau lagi keluar dari kurungan tersebut. Baca sekali lagi, TIDAK MAU LAGI. Hati-hati, ada kata LAGI!
Sepertinya tikus tersebut memutuskan untuk lebih baik mati di dalam kurungan.

Contoh berikutnya, secara real, anjing saya COSU.
Sebenarnya Cosu bukan anjing saya, tapi anjing kami. Piaraan yang dibesarkan di Cipinang Bali, rumah tante saya, bou Kety, yang saya notabene di atas. Diceritakan kepada saya bahwa Cosu merupakan anjing pungutan, yang konon katanya oleh pemiliknya terdahulu sering dipukul oleh besi atau barang metal. Cosu juga sering disiksa dengan barang keras lainnya berwarna gelap. Mungkin sebaiknya anda yang membaca kata 'sering' sebagai kontinuitas dan penderitaan. Akhirnya, ketika 2 tahun di depannya, saya sudah ikut memelihara Cosu, saya melihat bahwa Cosu selalu menggonggong ketakutan jika melihat benda seperti knalpot motor, panci silver atau pun yang hitam gelap.
Suatu kali, saya memberi makan Cosu dengan mangkuk besi. Saya jamin makanan yang saya berikan adalah makanan favorit semua anjing, yaitu tulang dan daging. Dan, keyakinan saya berikutnya adalah bahwa Cosu sedang dalam keadaan kelaparan.
Apa yang terjadi ialah, Cosu tidak mau makan makanan yang saya berikan. Cosu malah ketakutan dan bersembunyi di bawah pohon.

hhmmm, pertanyaan berikutnya:

Adakah contoh real untuk manusia???

ADA!
Tapi, tidak perlu kita bahas ke dalam kapasitas ilmu psikologis. Saya tidak sanggup bung!
hehehe
^_^Pada saat sekolah minggu, tante saya memberi contoh yang cukup membuka mata saya. Ya, mata dan pikiran saya terbuka.
Ingat, yang anda baca bukan CURCOL. Ini juga bukan contoh dari saya dan contoh dua hewan di atas juga benar adanya. Ini semua contoh yang diberikan beliau pada saat mengajar.

Mungkin anda punya adik yang sangat gemar main game. Anda perhatikan bahwa semakin lama intensitas gamenya semakin menjadi-jadi. Belum lagi, nilainya semakin parah.
Nah, pada saat itu kemungkinan adik anda sedang dilanda Learned Helplessness. Mungkin adik anda semakin lama semakin berpikir "Aku kan bakatnya cuma game, kalau belajar aku gak bakat, biarkanlah nilaiku hancur!"
Jika sudah seperti ini, daya juangnya untuk bangkit dan kembali belajar mengejar ketinggalannya sudah sangat tipis.

Mungkin anda saudara, atau teman, atau kerabat lainnya yang sedang galau punya masalah cinta. Bilang saja putus cinta. Mungkin kerabat anda ini berpikir "Aku hancur, aku tidak bisa lagi hidup, aku tidak punya harapan, hanya dia!" (sorry,, PRET!)

(PRET! to me too)

^_^

Nah, di keadaan itu lah kemungkinan kerabat anda sudah terjebak dalam Learned Helplessness.

Learned Helplessness ini sangat susah untuk dilawan, karena sudah masalah kejiwaan.
Jadi, bantulah TERUS suadara anda yang sedang terpuruk untuk bisa bangkit! Kalau tidak efeknya serius. Bagaikan tikus di atas, dia memutuskan mati dalam kurungan terbuka.

baca sekali ya,, kalau boleh 10x, kalimat ini:
Bantulah TERUS suadara anda yang sedang terpuruk untuk bisa bangkit!

Seperti saya yang terus dibantu untuk bangkit oleh tante saya, abang saya, papa saya, bahkan teman-teman sekelas saya sewaktu kuliah. Saya dikelilingi oleh orang-orang yang baik dan hebat.
Lucky me, my parents, my family, adalah tipe keluarga yang demokratis, yang memberi pelajaran berharga dari PENGALAMAN DAN KEBEBASAN. Lucky me!!! I have open-minded family!





~
Nah, di sini saya mau curcol sedikit.
Saya mau menyampaikan pesan kepada siapa saja yang menerima pesan ini.
Hati-hati, kamu mungkin sedang atau dalam proses atau sudah Learned Helplessness. Itu terlihat dari MAU ATAU TIDAK ANDA BERJUANG. Mungkin bisa saja kamu menjauh, tapi hati-hati, kemungkinan anda tidak bisa lagi MENDEKAT.
KEBINGUNGAN adalah PENDERITAAN. Mungkin saja jika kamu sedang Learned Helplessness di dalam kebingungan .
~



sedikit tulisan original dari:
Josep T Sianturi


jepret asyik!!!

MILA ~ mirip Kola



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan comment... ^_^

Powered By Blogger